Selasa, 23 Agustus 2011

Tarbiyah Al Quran selama Ramadhan

Tadarus Al Quran selama Ramadhan dapat dirasakan sebagai sebuah perjalanan ruhani ini. Membaca Al Quran memang memerlukan sebuah persiapan ruhani untuk tidak sekedar membaca dengan lidah. Firman-firman Allah yang merupakan mukjizat Allah kepada Rasulullah SAW dapat dirasakan sebagai sebuah nikmat tak terhingga bagi yang membacanya, menyelaminya dan merasakan aliran nikmat itu masuk kedalam hati.

Setiap individu memiliki takaran untuk mendapatkan energi Ilahi yang terpancarkan kepada hati ini, tergantung sejauh ini hati ini pasrah dan membuka diri kepada Allah. Seperti kata “Islam” yang salah satu maknanya “surender to Allah”, maka membaca Al Quran seperti menyerahkan diri kepada Allah untuk diberi apa saja hikmah-hikmah terkandung di dalamnya.


Banyak hikmah terungkap ketika mengikuti perjalanan ayat demi ayat, surat demi surat, juz demi juz, yang semakin membulatkan bahwa Allah memang akan memberikan karunia kepada diri kita melalui rasa sambung dengan-Nya tatkala ayat-ayat itu dibacakan.
Keyakinan bahwa perjalanan hidup ini adalah tujuan dan titik akhirnya kepada Allah. Bahwa semua apa yang kita lakukan dengan bebagai tenaga dan pikiran yang kadang menyita emosi tidak lain adalah sebuah perjalanan kepada Allah. Sebuah perjalanan yang sudah ditentukan dalam Al Quran dan sudah dipastikan paa akhirnya akan menemui-Nya.

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (2:45)

yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (2:156)

Benar bahwa kita semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah.

Inilah perjalanan pulang kita menuju Allah. Al Quran menjelaskan secara detil bahwa perjalanan pulang diawali dengan IMAN KEPADA ALLAH karena kita akan kembali kepadanya. Mengetahui sifat-sifatnya yang dijelaskan dalam rangkaian ayat Al Quran.

Getaran akan pulang ini dirasakan saat membaca ayat demi ayat Al Quran. Getaran itu kadang kuat, kadang menghentak dan kadang menghujam sehingga terasa ada suasana sejuk di hati, rasa ingin menangis, rasa syukur dan rasa bahagia mendapatkan sebuah “ilham” yang dipancarkan kepada kalbu oleh Sang Pencipta.

Mengapa dalam perjalanan pulang kadang kita tidak tahu kepada siapa kita pulang? Mengapa dalam perjalanan pulang itu kadang-kadang kita ribut mempesoalkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan membawa bekal pulang? Mengapa perjalanan menuju Allah kok masih ribut antara satu orang dengan lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dengan mengaku lebih baik, tidak dengan kesejukan, kenyamanan, kebahagiaan karena pertemuan dengan-Nya, bagi yang meyakininya tentu akan membawa kebahagiaan. Oleh karena itu dapat dikatakan mereka yang berjuang dan berjalan menuju Allah akan saling membagi kebahagiaan.

Maka sejak awal dengan Surat Al Fatihah kita akan dirasakan tuntunan akan pulang itu bahwa Allah Maha Pemelihara Seluruh Alam – makro dan mikrokosmos. Kepada Allah kita hanya beribadah, tuntunan dalam doa setiap shalat

Tunjukilah kami jalan yang lurus (1:6)

Sebuah kepasrahan total kepada Allah agar kita senantiasa dibimbingnya, sebuah sikap yang menyerahkan semuanya kepada Allah agar senantiasa kita bergantung dan hanya bergantung kepadanya.Sikap kepasrahan, sikap ikhlas inilah yang ternyata membawa kepada ketenangan, kebahagiaan dan rasa bersama Allah.

Perjalanan kehidupan ini seperti dipaparkan dalam berbagai ayat Al Quran ternyata sebuah perjalanan tidak sederhana tetapi juga tidak rumit. Allah Ghayatuna, Allah tujuan kita bersama. Jadi kalau memang semua dalam perjalanan kepada Allah yang ada adalah kebahagiaan, rasa syukur untuk saling berbagi, yang menyambungkan Qalbu kita seperti doa dalam doa Rabithah yang dibaca pagi dan sore, sebuah permohonan dengan segala kerendahan hati agar hati kita disatukan dalam pejalanan menuju-Nya.

Maka membaca Al Quran merupakan sebuah proses ruhani sekaligus proses kemanusiaan, proses pencarian jati diri, proses peneguhan iman sehingga dengan tujuh ayat Al Fatihah dan diakhiri surat An Naas maka proses perjalanan semakin jelas, semakin indah dan semakin membahagiakan karena seperti dikatakan dalam Al Quran bahwa Allah yang menuntun kita semua untuk kembali kepada-Nya dengan syarat IMAN kepada-Nya.

Rasa IMAN inilah yang kemudian dimasukkan Allah kepada kita.

Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (49:14)

Sebuah proses yang Allah sendiri memaparkan bahwa IMAN ini adalah karunia yang Allah berikan kepada kita.Allah yang memasukkan Iman itu kepada manusia sehingga terasa dalam dada ini iman yang semakin naik dari ke hari ke hari, atau kadang terasa semakin gersang karena kita menjauh dari Allah. Oleh karena itu membaca Al Quran dari ayat ke ayat dikatakan akan menambah iman, asalkan kita memang ikhlas membacanya. Dan dampak langsung dalam diri ini dapat diketahui hanya oleh kita sendiri yang membacanya.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (8:2)

Ya betapa nikmatnya tadarus itu tatkala rasa iman ini Allah tambahkan kepada kita, keteguhan dan keyakinan bahwa kita akan kembali kepada-Nya dimasukkan kedalam qalbu kita sebagai landasan dalam perjalanan selanjutnya.

Inilah salah satu nikmat yang dirasakan dalam tarbiyah Ramadhan, sudah semakin jelas bahwa ayat-ayat yang dibaca ini menambah keluasan hati dalam menerima dan pasrah kepada tuntutan-Nya.

Nikmat itu memang sulit dirasakan kalau tidak ada rasa Iman kepada-Nya, anugerah berupa kesejukan, kelapangan, keteguhan itu tidak bisa didapat kecuali karena ikhlas kepada Allah. Dan anugrah ini sulit diperoleh kalau kita tidak menghadapkan diri kecuali hanya dan hanya kepada Nya dalam setiap langkah kita. Wallahu’alam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar