Selasa, 26 Juli 2011

Kebahagiaan saat beribadah

Ibadah yang kita lakukan sehari-hari seperti shalat yang sudah jelas perintahnya sering terkesan rutin, kosong dan tidak terasakan. Di tengah segala kesibukan, di tengah studi, disela-sela rapat atau di sela-sela kegiatan yang padat, shalat dikerjakan sebagai cara untuk menghilangkan kewajiban.

Shalat dan ibadah lainnya bukan sebagai sebuah tindakan yang mencerminkan sebuah ketaatan yang membahagiakan. Artinya dalam ibadah itu dirasakan tidak hanya pelaksanaan rukun Iman, Islam tetapi juga Ihsan.


Ibadah shalat misalnya merupakan sebuah “pertemuan rutin” yang sudah dijadwalkan sejak perintah ini diturunkan melalui Mi’raj Rasulullah. Perintah ini turun di Sidratul Muntaha bahkan diriwayatkan Malaikat Jibril tidak dapat naik ke tahapan itu.

Dan ibadah inilah yang membahagiakan. Kita berada dalam Ihsan saat shalat, beribadah kepada Nya seolah menyaksikan langsung. Dan apabila tidak melihat pun Allah menyaksikan langsung. Allah Maha Dekat, dan itu bisa dirasakan dengan Ihsan itu.

Karena lima waktu itulah terasa sekali suatu kebahagiaan mendapatkan waktu khusus untuk bertemu dengan Nya. Lima waktu yang membahagiakan apabila kita memahami bahwa ibadah ini merupakan tiang Agama seperti dikatakan Rasulullah. Bahwa shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (29:45)

Kebanyakan dalam proses shalat itu baik ketika mempersiapkan maupun ketika di dalamnya, hati ini tidak terasa berbunga-bunga. Tidak terekam sikap kebahagiaan. Tidak terlihat hati dan muka tersenyum bahagia karena akan “bertemu” dengan Allah. Atau kita akan menghadap kepada-Nya.

Kadang terlihat muka yang akan pergi ke mesjid atau akan shalat berjamaah tidak terekam sebuah kebahagiaan. Yang terpantul sebagian seperti orang-orang yang tertekan karena harus shalat lagi. Harus melaksanakan ibadah mahdah yang berlangsung dalam keaadaan kita sedang sibuk atau sedang penat. Tidak ada terungkap dalam hatinya, Ya Allah aku bahagia bisa “bertemu” lagi dengan Engkau dalam shalat.

Oleh karena itu lah mereka yang merasakan kebahagiaan saat beribadah ini, kadang terlihat mukanya rileks, tersenyum dan lega. Mengapa? Karena semua permohonan dipanjatkan, semua doa disampaikan dan Allah mendengarkan langsung apa yang kita mohon dan kita minta. Bukankah ini sebuah kebahagiaan bahwa Allah yang Menguasai Alam Semesta mendengarkan doa-doa kita, “menjumpai” orang yang shalat khusyu.

Alangkah sulitnya dipahami, karena itu mereka yang dalam shalatnya itu tidak terasakan kebahagiaan. Tidak terasakan getaran-getaran kebahagiaan seperti halnya kebahagiaan dalam kesempatan mendapatkan kemenangan, menerima rezeki besar, mendengar kabar menyenangkan karena sanak keluarga kita mendapatkan kebahagiaan. Itulah mengapa yang merasakan kebahagiaan itu maka dalam shalatnya terasa sangat menyenangkan, asyik dan menyejukkan.

Oleh karena itu juga mengapa sesudah shalat, kebahagiaan itu terus menebar ke sekeliling kita. Kebahagiaan sesudah shalat itu karena doa-doa didengarkan-Nya maka aktualisasi shalat itu terlihat ketika sesudah shalat dalam kehidupan sehari-hari. Dan karenanya, mereka yang sudah shalat dan menemukan kebahagiaan niscaya tidak akan menyakiti saudaranya, gibah di belakangnya, menjauhi sesuatu yang haram dan akan merindukan kebahagiaan dalam ibadah lainnya.

Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (6:162)

Terminal lima kali dalam kehidupan kita itu tidak lain adalah terminal kebahagiaan. Terminal dimana seperti Rasulullah sabdakan dimana terjadi Miraj-nya kaum mukminin. Kebahagiaan karena ibadah itu tidak bisa digambarkan namun bisa kita rasakan masing-masing.Wallahu’alam. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar