Salah satu hal yang harus kita perjuangkan dalam hidup ini ialah bermusuhan. Mungkin mengejutkan, kenapa kita harus bermusuhan? Bukankah kita harus mencari sahabat. Tidak benar. Mencari sahabat itu perlu bahkan dikatakan lebih susah mencari seorang sahabat daripada mencari musuh. Tanpa rekayasa pun kita bisa gampang ketemu musuh. Lewat di muka orang banyak tanpa berteguran dengan sifat arogan, berkata yang tidak menyenangkan sudah cukup untuk dapat musuh.
Jadi realitas kita sebagai muslim bahwa dalam hidup ini kita harus mengambil musuh dan harus punya musuh. Siapa yang dimaksud? Itulah yang Allah nyatakan “ ان الشيطان لكم عدو , “Sesungguhnya syetan itu untukmu adalah musuh”. Saya jelaskan struktur katanya :
ان , dengan sungguh, kata penguat disebut talkit.
الشيطان, dengan alif lam ta’riful jism satan
Dengan jelas kita harus tahu tandanya atau cirinya kalau begitu. Tidak dikatakan syetan musuh tapi diajukan dulu.
لكم, untuk kamu
عدو‘ sama dengan musuh
Dengan mengatakan lakum lebih dulu, kita mendapatkan pelajaran, bukan untuk kerbau syetan itu musuh, bukan untuk kecoa, bukan untuk hewan, atau benda-benda, untuk kamu jenis manusia, ingat!
Tetapi karena kita sering lupa pernyataan yang sudah sangat jelas innasy syaithoona lakum ‘aduwwun ternyata perlu ditambahkan, dilengkapi, dan bukan karena dia kurang, lebih kepada pelajaran buat kita. Fattakhidzuhu ’aduwwa, perlakukanlah syetan itu, posisikan dirimu sebagai musuh. Ada pernyataan anggaplah syetan itu sebagai musuh. Kalau cuma dianggap tidak cukup. Untuk itu kita perlu mengenal beberapa hal:
1. Definisi
Khusus dengan segala hal yang berkaitan dengan hizbusy syaithan, partai syetan, kita berikan di sini jenis-jenisnya, ada jin, iblis, dan syetan. Kita tidak ingin berdalam-dalam masalah ini, cuma sekilas ada golongannya:
a. Jenis pertama itu, induk dan pokoknya Al Jin. Al jin itu berasal dari kata janah artinya gelap. Dalam Al Qur’an ada kata falamma janah alaihi lailu, artinya ketika malam menjadi gelap. Pohon-pohon yang lebat sampai gelap bawahnya disebut janah. Yang di dalam kandungan, di dalam plasenta ibu, di dalam gelapnya disebut janin. Orang yang akalnya tidak bekerja dengan baik karena tertutup disebut majlun, tergelapkan. Jin makhluk yang tidak terlihat oleh mata biasa. Janah tameng untuk kita tidak bisa ditembus senjata lawan. Itu akar kata yang sama mempunyai makna berbeda karena penggunaan yang berbeda.
Kemudian golongan jenis jin material dasarnya adalah api. Allah nyatakan wakholaqoljaanamimmarijimminnaar, karakternya jin ada yang mukmin ada yang kafir. Tetapi bukan kewajiban kita meneliti mereka. Dunia kita dunia kita, dunia mereka dunia mereka. Kita tidak menggampang-gampangkan muamalah dengan mereka, karena tidak taklif kewajiban kita dengan urusan mereka.
b. Kemudian nama jenis makhluk yang lain disebut iblis, golongan jin. Allah nyatakan dalam surat 18: 50.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا﴿٥٠﴾
“Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam[884], Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zhalim.” (QS. Al Kahfi: 50)Iblis asalnya adalah bangsa jin dan akhirnya fasik, menentang perintah Tuhannya. Material dasar api, karakter iblis kafir, sombong. Iblis sering dikatakan sebagai bapaknya syetan. Kesombongan adalah hal yang jelas pada iblis.
Kita harus jernih berfikir, ketika ada pemikiran dari filsafat atau dari mana saja yang kadang membuat kita termanggut-manggut. Contoh, seperti pembelaan seseorang bahwa aqidah dan imannya iblis itu lebih tinggi dari aqidah dan imannya malaikat, lantaran malaikat itu lugu, tidak kritis, disuruh sujud dia sujud kepada Adam. Sedangkan iblis itu kritis, dia tidak mau. Dia tahu bahwa sujud kepada makhluk itu syirik hukumnya, musyrik. Hebat betul pembelaan ini. Bagaimana kita bisa menerima statement ini. Tetapi ada juga orang yang mengagumi pikiran ini. Makanya kita berkritislah dalam hidup ini, hatta kepada Allah, agama, wahyu, jadinya hidup mereka krisis.
Sekarang begini, yang mudah saja. Kalau pembelaan itu mau dipakai, yang lebih pintar adalah iblis. Mengapa pembelaan macam itu tidak dilakukannya ketika Allah bertanya, ma aamanaka antasjuda idz amartu, hai iblis mengapa kamu tidak mau sujud ketika Aku perintahkan. Iblis tidak mau mengatakan bahwa itu syirik. Sumbernya Allah yang memerintahkan, kalau tidak ada perintah dan larangan yang disebut kufur sekarang menjadi kafir. Yang disebut pahala menjadi pahala. Sesuatu menjadi baik dan buruk itu karena syariat mengatakan baik dan buruk, tidak bisa dikatakan semata akal bebas. Lalu kita katakan pasti jadi hukum, tidak mungkin. Jadi kalau Allah memerintahkan sujud itu tidak jadi syirik, karena Allah yang memerintahkannya. Dan makna sujud itupun tidak ada sujud syirik.
Nah ternyata, ketika Allah bertanya kepada iblis kenapa tidak mau sujud, jawabannya langsung saja, Qoola ana khoiru minhu kholaqtani minnaari wa kholaqtahu minthiin. Aku lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Jelas aku lebih mulia, tidak mungkin. Nah di sinilah orang terjebak kepada bentuk, pada formalitas-formalitas. Walaupun formalitas harus kita perhatikan, tapi keterjebakan ini yang tidak boleh. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan Adam dari tanah. Bisa orang itu kufur tanpa berubah status. Kufur dalam Islam, berfikir kufur, berbuat kufur. Ada yang menyebabkan orang keluar dari Islam ada yang tidak. Iblis sendiri masih mengakui Allah, kholaqtahu, dia mengakui bahwa Allah yang menciptakannya, tidak menolak. Bila sekedar ada orang yang mengatakan Tuhan pencipta, belum cukup. Iblis saja masih mengakui padahal kekafirannya sudah sangat jelas, tanpa harus mengingkari wujudnya Allah iblis cukup kafir. Bagaimana orang cuma puas mengatakan Tuhan maha esa, menyebut bahkan mendengar nama Allah tidak mau. Dia marah wajahnya takut orang lain tersinggung sama kita. Urusan apa. Di sinilah terdapat kesombongan.
Jadi keterjebakan ini bentuknya adalah tidak melihat perkara secara substansial. Kalau soal perintah lihat siapa yang memerintah,. Bila Allah, selesai, laksanakan saja. Jangan soal saya lebih baik. Sudah iblisnya sendiri terang-terangan mengatakan aku lebih bagus, engkau ciptakan aku dari api dan Adam dari tanah. Masa ada yang menawarkan jasa gratisan dari iblis. Apa kepingin masuk surga iblis dengan mengatakan iblis lebih hebat tauhidnya, lebih tinggi imannya. Iblisnya sendiri tidak mau membela diri dengan cara itu, sedangkan dia tahu cara itu bisa dilakukan, tetapi tidak, mengapa? Takabur, kesombongan. Jadi iblis ini golongan jin, dasarnya surat 18 : 50. Material dasar sama dari api.
c. Nama jenis syetan. Golongannya sama dengan iblis dan jin, tapi dalam terminologi Al Qur’an dan saat Allah mengatakan syayaathiini insi wal jinni, syetan yang berasal dari manusia dan jin. Setiap nabi itu digoda, diganggu, dan dihalangi oleh syetan. Dan kata syetan memang pengganggu, pembuat was was, berbentuk jin dan manusia. Maka kalau kedua-duanya masukan untuk material dasarnya syetan adalah api. Syetan yang berbentuk manusia material dasarnya adalah tanah. Jadi ketika pengenalan kata syetan di masyarakat kita seringkali diperkecil hanya nyai blorong, kuntil anak dan sebagainya. Ini adalah suatu korupsi, pemalsuan, pengecilan dan penyudutan. Jelas konsepnya itu dari syetan juga agar kita dan anak-anak kita hanya ketakutan dengan gambaran yang demikian. Ditonton juga tapi jadi penakut juga. Siang-siang ke kamar mandi takut, misalnya. Ini hasil kerja syetan.
Karakter kafir, pendengki utamanya. Ketika Allah menggambarkan makhluk jin yang ingkar itu menjadi kelompok kafir, iblis. Pada iblis yang melekat adalah sifat sombong. Dia menolak karena dia sombong, mengatakan dirinya lebih mulia, karena diciptakan dari api dan manusia dari tanah. Tapi ketika aktivitasnya itu menggoda, sifatnya itu tidak hanya mempertahankan kesombongan, maka yang melekat itu syetan. Seakan saja iblis itu pasif, padahal dirinya dari syetan, aktif. Jadi yang disuruh menolak, membangkang itu iblis. Kalau mengajak orang lain supaya sombong itu syetan, penghasut dan penyesat dan sebagainya. Dari gambaran singkat ini kita bisa mendudukkan masalah.
– Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar