Menlanjutkan tulisan mengenai hikmah berinteraksi dengan Al Quran selama Ramadhan, terasa mendapatkan pencerahan sangat besar. Saat mengetahui bagaimana perjalanan kepadaNya dan saat mengetahui karena Allah yang mengajarkan kita bahwa Allah itu dekat.Tidak hanya itu ternyata Allah itu Maha Hidup, Allah itu Hidup.
Selama ini dalam kesadaran sepertinya kita merasa Allah itu adalah Rabb, Yang Memelihara tetapi kadang tidak terasakan Allah itu Hidup.
Setiap pagi atau sore kita baca dalam Al Matsuraat – dimulai dengan Al Fatihah dan diakhiri Doa Rabithah – yang kalau direnungkan ternyata sangat luas maknanya, sangat tergetar kedalam kalbu mendapatkan kesadaran dan pengetahuan yang hakiki bahwa Allah itu Hidup. Allah itu berinteraksi dengan mahluknya.
Kalau merenungkan lagi isi Al Matsuraat, menengok kembali arti yang kita baca, maka secara logika adalah mustahil terjadi proses yang terhambat dalam menuju Allah, proses yang seperti “sulit” dalam menyatukan langkah ini, mustahil dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas ini, hati tidak bersatu. Coba kita tengok lagi betapa semuanya merupakan sebuah permohonan agar ketika kembali kepada-Nya kita dijauhkan dari perbuatan yang malah menjauhkan diri dalam mendekati-Nya.
Karena Allah Maha Hidup maka doa demi doa untuk menyatukan kalbu ini bisa kita rasakan responsnya dari Allah, kecuali memang doa itu dibacakan tidak dengan sepenuh jiwa, hanya sampai lidah saja, hanya sampai bacaan saja, tidak menghujam kedalam doa itu sendiri yang disampaikan dengan rasa khusyu, rasa rendah hati, rasa harap, rasa pasrah dan rasa menantikan respons Allah atas doa yang kita panjatkan. Doa Al Matsurat adalah sebuah interaksi dengan Allah.
Bahkan dalam shalat-shalat itu, sebuah ibadah yang sudah ditentukan tata cara dan waktunya, langsung diberikan Allah kepada Rasulullah ketika Mi’raj merupakan sebuah wahana interaksi yang intim dengan Allah, sebuah ibadah yang mengukuhkan dimana doa-doa kita dipanjatkan dan gerakan-gerakan kita dijadikan sebagai bagian dari proses menuju pencapaian kepada Nya.
Dalam satu istilah Shalat itu sebagai sebuah latihan untuk pulang kepada Nya, dimana Ruh ini akan dipanggil pulang. Sedangkan bulan Ramadhan adalah pelatihan besar untuk merasakan bagaimana Ruh ini akan pulang tidak tergantung kepada jasad, bagaimana kesadaran akan pulang kepada Nya itu menjadikan diri ini berada dalam Taqwa, kondisi terbimbing Allah, kondisi tersambung terus kepada Allah, seperti halnya gelombang telepon seluler kita yang ingin selalu tersambung, manakala terputus terasa sekali kekosongan.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (2:255)
Allah mendengarkan semua doa kita. Allah mengetahui semua desiran hati kita, bahkan Allah tahu keluhan kita, kekesalan dan kesedihan kita. Allah Mendengar semua itu karena Allah itu HIDUP !
Bahkan Allah berinteraksi dengan mahluknya, memelihara semua apa yang ada di alam semesta, Allah yang menggerakkan semuanya. Galaksi Bima Sakti dimana ada Sistem Tata Surya, Allah lah yang menggerakkan dan memeliharanya. Milyaran bintang, galaksi yang jutaan tahun cahaya luasnya serta semua alam semesta yang masih belum diketahui manusia ujungnya dan luasnya, semua Allah yang menciptakan dan memeliharanya.
Allah tidak tidur, Allah tidak mengantuk. Allah senantiasa bersama kita dimanapun kita berada, ketika sendiri, ketika bersama, ketika kelelahan dan mengantuk karena tadarus, ketika membaca Al Matsurat, ketika berpuasa, ketika shalat, ketika shalat dhuha, ketika bersilaturahmi dan ketika mengikuti halaqah, mengikuti semua langkah dan desiran hati kita.
Sungguh luar biasa ! Bahwa Allah itu Maha Hidup dan terus menerus memelihara kita. Mungkin kita mengatakan, aneh sekali baru tahu bahwa Allah Hidup itu khan sudah menjadi pengetahuan dan materi dasar tarbiyah. Bukan-bukan itu sebenarnya, namun ketika Allah memberikan pengetahuan langsung kepada Kalbu ini maka seperti dalam beberapa ayat Al Quran, kita ini menjadi hidup, ruh kita seperti dinyalakan yang dalam bahasa Al Quran diberikan Nur Allah sehingga semakin jelas kemana arah perjalanan diri, arah perjalanan organisasi seharusnya dan arah dari kehidupan manusia ini.
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (2:257)
Seperti halnya sesuatu yang hidup maka akan berinteraksi dengan yang hidup. Kita manusia adalah mahluk hidup, Allah adalah Zat Yang Hidup, maka nalar kita akan mengatakan bahwa sebenarnya membaca ayat-ayat Qauliyah itu tidak lain adalah berinteraksi dengan Yang Hidup, maka akan kita rasakan pula interaksi itu, maka akan dirasakan respons dari Zat Hidup ketika membacakan baris-baris kalimat dalam Al Quran, termasuk didalamnya sejarah, penjelasan tentang hukum-hukum, keterangan tentang akhirat dan tentang Allah sendiri tatkala doa demi doa dalam baris-baris kalimat yang teruntai dalam Al Quran kita bacakan. Seperti dalam Ali Imran 190-194.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
192. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
Maka ketika membacakan ini teringat bagaimana Rasulullah meneteskan air mata karena betapa dahsyatnya dirasakan oleh Kalbu orang beriman untaian ayat-ayat yang sering kita dengar atau kita baca ini. Betapa permohonan kita kepada Zat Yang Hidup ini terasa sekali indahnya, terasa bahwa Allah mendengarkan rangkaian doa-doa yang dipanjatkan dalam bacaaan Al Quran, apalagi jika disampaikan dalam shalat, terasa sekali menggugah, membangkitkan ruh dan seperti didalam kalimat terakhir doa itu “Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.
Yakin bahwa itu MAHA HIDUP maka hati ini menjadi hidup, tidak khawatir akan masa depan karena Allah yang akan memelihara kita, tidak cemas dengan langkah-langkah dakwah, langkah-langkah tugas di pekerjaan karena Allah Maha Hidup, yang akan menjaga kita. Semua dipasrahkan kepada Allah.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64:11)
Allah yang mengatur semua urusan di alam semesta ini sampai detil-detil. Perjalanan hidup kita sampai detik ini ketika membaca tulisan ini merupakan sesuatu yang sudah ditentukan Allah, ketika ketika membaca, ketika mempersepsikan, menilai, menafsirkan apa saja tulisan ini semuanya atas izin Allah. Bahkan menyempatkan membaca juga merupakan sesuatu yang karena izin Allah. Termasuk juga penulis menggerakan tuts keyboard sebagai bagian dari doa-doa dalam perjalanan kepada Allah, Dia
Yang Maha Hidup yang menggerakkan. Sungguh sebuah kondisi yang semuanya memang sangat bergantung kepada Allah.
Kadang kita menggantungkan diri kepada akal, otak, usaha dan kepandaian sendiri. Dengan berbagai planning yang detil, perhitugan yang matang, rasa percaya diri yang kuat namun Allah lah yang semuanya mengatur. Allah yang memberikan putusan akhir.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (3:159)
Jadi kalau ada seorang ilmuwan terkenal dari Inggris, Stephen Hawking yang mengatakan setelah riset bertahun-tahun, tidak ada campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, tetapi konsekuensi hukum fisika, sungguh sebuah temuan yang sangat mundur yang jauh dari pendapat ilmuwan sebelumnya.
Dengan tadarus itu maka semakin terbuka bagaimana sifat-sifat Allah lainnya. Allah Maha Hidup, itulah yang menyebabkan selalu ingin dekat kepada Nya, selalu itu yang dibicarakan dalam setiap pertemuan, dalam perbincangan di pengajian karena kepada Allah kita akan pulang.
Sungguh sebuah jamaah yang indah dimana doa-doa dipanjatkan, doa-doa didengarkan Allah maka terasa sekali sebuah keharmonisan dengan kehendak-Nya dalam peribadahan kita, dalam tadarus kita karena semuanya tidak lain bukan untuk menuliskan berapa poin kita dapat, tetapi mendapatkan anugerah Hudan dari Allah, karena Allah lah yang mengetahui diri-diri ini.
Dalam tulisan selanjutnya, penulis seperti mendapatkan sesuatu tentang proses pembelajaran selama puasa yang menjadikan berbeda dari puasa sebelumnya. Proses shiyam yang sarat dengan bimbingan-Nya, tidak sebatas pada hitungan rasio atau sebatas jasad saja. Wallahu’alam bishawab (bersambung
Menlanjutkan tulisan mengenai hikmah berinteraksi dengan Al Quran selama Ramadhan, terasa mendapatkan pencerahan sangat besar. Saat mengetahui bagaimana perjalanan kepadaNya dan saat mengetahui karena Allah yang mengajarkan kita bahwa Allah itu dekat.Tidak hanya itu ternyata Allah itu Maha Hidup, Allah itu Hidup.
Selama ini dalam kesadaran sepertinya kita merasa Allah itu adalah Rabb, Yang Memelihara tetapi kadang tidak terasakan Allah itu Hidup.
Setiap pagi atau sore kita baca dalam Al Matsuraat – dimulai dengan Al Fatihah dan diakhiri Doa Rabithah – yang kalau direnungkan ternyata sangat luas maknanya, sangat tergetar kedalam kalbu mendapatkan kesadaran dan pengetahuan yang hakiki bahwa Allah itu Hidup. Allah itu berinteraksi dengan mahluknya.
Kalau merenungkan lagi isi Al Matsuraat, menengok kembali arti yang kita baca, maka secara logika adalah mustahil terjadi proses yang terhambat dalam menuju Allah, proses yang seperti “sulit” dalam menyatukan langkah ini, mustahil dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas ini, hati tidak bersatu. Coba kita tengok lagi betapa semuanya merupakan sebuah permohonan agar ketika kembali kepada-Nya kita dijauhkan dari perbuatan yang malah menjauhkan diri dalam mendekati-Nya.
Karena Allah Maha Hidup maka doa demi doa untuk menyatukan kalbu ini bisa kita rasakan responsnya dari Allah, kecuali memang doa itu dibacakan tidak dengan sepenuh jiwa, hanya sampai lidah saja, hanya sampai bacaan saja, tidak menghujam kedalam doa itu sendiri yang disampaikan dengan rasa khusyu, rasa rendah hati, rasa harap, rasa pasrah dan rasa menantikan respons Allah atas doa yang kita panjatkan. Doa Al Matsurat adalah sebuah interaksi dengan Allah.
Bahkan dalam shalat-shalat itu, sebuah ibadah yang sudah ditentukan tata cara dan waktunya, langsung diberikan Allah kepada Rasulullah ketika Mi’raj merupakan sebuah wahana interaksi yang intim dengan Allah, sebuah ibadah yang mengukuhkan dimana doa-doa kita dipanjatkan dan gerakan-gerakan kita dijadikan sebagai bagian dari proses menuju pencapaian kepada Nya.
Dalam satu istilah Shalat itu sebagai sebuah latihan untuk pulang kepada Nya, dimana Ruh ini akan dipanggil pulang. Sedangkan bulan Ramadhan adalah pelatihan besar untuk merasakan bagaimana Ruh ini akan pulang tidak tergantung kepada jasad, bagaimana kesadaran akan pulang kepada Nya itu menjadikan diri ini berada dalam Taqwa, kondisi terbimbing Allah, kondisi tersambung terus kepada Allah, seperti halnya gelombang telepon seluler kita yang ingin selalu tersambung, manakala terputus terasa sekali kekosongan.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (2:255)
Allah mendengarkan semua doa kita. Allah mengetahui semua desiran hati kita, bahkan Allah tahu keluhan kita, kekesalan dan kesedihan kita. Allah Mendengar semua itu karena Allah itu HIDUP !
Bahkan Allah berinteraksi dengan mahluknya, memelihara semua apa yang ada di alam semesta, Allah yang menggerakkan semuanya. Galaksi Bima Sakti dimana ada Sistem Tata Surya, Allah lah yang menggerakkan dan memeliharanya. Milyaran bintang, galaksi yang jutaan tahun cahaya luasnya serta semua alam semesta yang masih belum diketahui manusia ujungnya dan luasnya, semua Allah yang menciptakan dan memeliharanya.
Allah tidak tidur, Allah tidak mengantuk. Allah senantiasa bersama kita dimanapun kita berada, ketika sendiri, ketika bersama, ketika kelelahan dan mengantuk karena tadarus, ketika membaca Al Matsurat, ketika berpuasa, ketika shalat, ketika shalat dhuha, ketika bersilaturahmi dan ketika mengikuti halaqah, mengikuti semua langkah dan desiran hati kita.
Sungguh luar biasa ! Bahwa Allah itu Maha Hidup dan terus menerus memelihara kita. Mungkin kita mengatakan, aneh sekali baru tahu bahwa Allah Hidup itu khan sudah menjadi pengetahuan dan materi dasar tarbiyah. Bukan-bukan itu sebenarnya, namun ketika Allah memberikan pengetahuan langsung kepada Kalbu ini maka seperti dalam beberapa ayat Al Quran, kita ini menjadi hidup, ruh kita seperti dinyalakan yang dalam bahasa Al Quran diberikan Nur Allah sehingga semakin jelas kemana arah perjalanan diri, arah perjalanan organisasi seharusnya dan arah dari kehidupan manusia ini.
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (2:257)
Seperti halnya sesuatu yang hidup maka akan berinteraksi dengan yang hidup. Kita manusia adalah mahluk hidup, Allah adalah Zat Yang Hidup, maka nalar kita akan mengatakan bahwa sebenarnya membaca ayat-ayat Qauliyah itu tidak lain adalah berinteraksi dengan Yang Hidup, maka akan kita rasakan pula interaksi itu, maka akan dirasakan respons dari Zat Hidup ketika membacakan baris-baris kalimat dalam Al Quran, termasuk didalamnya sejarah, penjelasan tentang hukum-hukum, keterangan tentang akhirat dan tentang Allah sendiri tatkala doa demi doa dalam baris-baris kalimat yang teruntai dalam Al Quran kita bacakan. Seperti dalam Ali Imran 190-194.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
192. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
Maka ketika membacakan ini teringat bagaimana Rasulullah meneteskan air mata karena betapa dahsyatnya dirasakan oleh Kalbu orang beriman untaian ayat-ayat yang sering kita dengar atau kita baca ini. Betapa permohonan kita kepada Zat Yang Hidup ini terasa sekali indahnya, terasa bahwa Allah mendengarkan rangkaian doa-doa yang dipanjatkan dalam bacaaan Al Quran, apalagi jika disampaikan dalam shalat, terasa sekali menggugah, membangkitkan ruh dan seperti didalam kalimat terakhir doa itu “Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.
Yakin bahwa itu MAHA HIDUP maka hati ini menjadi hidup, tidak khawatir akan masa depan karena Allah yang akan memelihara kita, tidak cemas dengan langkah-langkah dakwah, langkah-langkah tugas di pekerjaan karena Allah Maha Hidup, yang akan menjaga kita. Semua dipasrahkan kepada Allah.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64:11)
Allah yang mengatur semua urusan di alam semesta ini sampai detil-detil. Perjalanan hidup kita sampai detik ini ketika membaca tulisan ini merupakan sesuatu yang sudah ditentukan Allah, ketika ketika membaca, ketika mempersepsikan, menilai, menafsirkan apa saja tulisan ini semuanya atas izin Allah. Bahkan menyempatkan membaca juga merupakan sesuatu yang karena izin Allah. Termasuk juga penulis menggerakan tuts keyboard sebagai bagian dari doa-doa dalam perjalanan kepada Allah, Dia
Yang Maha Hidup yang menggerakkan. Sungguh sebuah kondisi yang semuanya memang sangat bergantung kepada Allah.
Kadang kita menggantungkan diri kepada akal, otak, usaha dan kepandaian sendiri. Dengan berbagai planning yang detil, perhitugan yang matang, rasa percaya diri yang kuat namun Allah lah yang semuanya mengatur. Allah yang memberikan putusan akhir.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (3:159)
Jadi kalau ada seorang ilmuwan terkenal dari Inggris, Stephen Hawking yang mengatakan setelah riset bertahun-tahun, tidak ada campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, tetapi konsekuensi hukum fisika, sungguh sebuah temuan yang sangat mundur yang jauh dari pendapat ilmuwan sebelumnya.
Dengan tadarus itu maka semakin terbuka bagaimana sifat-sifat Allah lainnya. Allah Maha Hidup, itulah yang menyebabkan selalu ingin dekat kepada Nya, selalu itu yang dibicarakan dalam setiap pertemuan, dalam perbincangan di pengajian karena kepada Allah kita akan pulang.
Sungguh umat yang indah dimana doa-doa dipanjatkan, doa-doa didengarkan Allah maka terasa sekali sebuah keharmonisan dengan kehendak-Nya dalam peribadahan kita, dalam tadarus kita karena semuanya tidak lain mengharap Ridha Allah.
Dalam tulisan selanjutnya, penulis seperti mendapatkan sesuatu tentang proses pembelajaran selama puasa yang menjadikan berbeda dari puasa sebelumnya. Proses shiyam yang sarat dengan bimbingan-Nya, tidak sebatas pada hitungan rasio atau sebatas jasad saja. Wallahu’alam bishawab (bersambung)
Selama ini dalam kesadaran sepertinya kita merasa Allah itu adalah Rabb, Yang Memelihara tetapi kadang tidak terasakan Allah itu Hidup.
Setiap pagi atau sore kita baca dalam Al Matsuraat – dimulai dengan Al Fatihah dan diakhiri Doa Rabithah – yang kalau direnungkan ternyata sangat luas maknanya, sangat tergetar kedalam kalbu mendapatkan kesadaran dan pengetahuan yang hakiki bahwa Allah itu Hidup. Allah itu berinteraksi dengan mahluknya.
Kalau merenungkan lagi isi Al Matsuraat, menengok kembali arti yang kita baca, maka secara logika adalah mustahil terjadi proses yang terhambat dalam menuju Allah, proses yang seperti “sulit” dalam menyatukan langkah ini, mustahil dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas ini, hati tidak bersatu. Coba kita tengok lagi betapa semuanya merupakan sebuah permohonan agar ketika kembali kepada-Nya kita dijauhkan dari perbuatan yang malah menjauhkan diri dalam mendekati-Nya.
Karena Allah Maha Hidup maka doa demi doa untuk menyatukan kalbu ini bisa kita rasakan responsnya dari Allah, kecuali memang doa itu dibacakan tidak dengan sepenuh jiwa, hanya sampai lidah saja, hanya sampai bacaan saja, tidak menghujam kedalam doa itu sendiri yang disampaikan dengan rasa khusyu, rasa rendah hati, rasa harap, rasa pasrah dan rasa menantikan respons Allah atas doa yang kita panjatkan. Doa Al Matsurat adalah sebuah interaksi dengan Allah.
Bahkan dalam shalat-shalat itu, sebuah ibadah yang sudah ditentukan tata cara dan waktunya, langsung diberikan Allah kepada Rasulullah ketika Mi’raj merupakan sebuah wahana interaksi yang intim dengan Allah, sebuah ibadah yang mengukuhkan dimana doa-doa kita dipanjatkan dan gerakan-gerakan kita dijadikan sebagai bagian dari proses menuju pencapaian kepada Nya.
Dalam satu istilah Shalat itu sebagai sebuah latihan untuk pulang kepada Nya, dimana Ruh ini akan dipanggil pulang. Sedangkan bulan Ramadhan adalah pelatihan besar untuk merasakan bagaimana Ruh ini akan pulang tidak tergantung kepada jasad, bagaimana kesadaran akan pulang kepada Nya itu menjadikan diri ini berada dalam Taqwa, kondisi terbimbing Allah, kondisi tersambung terus kepada Allah, seperti halnya gelombang telepon seluler kita yang ingin selalu tersambung, manakala terputus terasa sekali kekosongan.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (2:255)
Allah mendengarkan semua doa kita. Allah mengetahui semua desiran hati kita, bahkan Allah tahu keluhan kita, kekesalan dan kesedihan kita. Allah Mendengar semua itu karena Allah itu HIDUP !
Bahkan Allah berinteraksi dengan mahluknya, memelihara semua apa yang ada di alam semesta, Allah yang menggerakkan semuanya. Galaksi Bima Sakti dimana ada Sistem Tata Surya, Allah lah yang menggerakkan dan memeliharanya. Milyaran bintang, galaksi yang jutaan tahun cahaya luasnya serta semua alam semesta yang masih belum diketahui manusia ujungnya dan luasnya, semua Allah yang menciptakan dan memeliharanya.
Allah tidak tidur, Allah tidak mengantuk. Allah senantiasa bersama kita dimanapun kita berada, ketika sendiri, ketika bersama, ketika kelelahan dan mengantuk karena tadarus, ketika membaca Al Matsurat, ketika berpuasa, ketika shalat, ketika shalat dhuha, ketika bersilaturahmi dan ketika mengikuti halaqah, mengikuti semua langkah dan desiran hati kita.
Sungguh luar biasa ! Bahwa Allah itu Maha Hidup dan terus menerus memelihara kita. Mungkin kita mengatakan, aneh sekali baru tahu bahwa Allah Hidup itu khan sudah menjadi pengetahuan dan materi dasar tarbiyah. Bukan-bukan itu sebenarnya, namun ketika Allah memberikan pengetahuan langsung kepada Kalbu ini maka seperti dalam beberapa ayat Al Quran, kita ini menjadi hidup, ruh kita seperti dinyalakan yang dalam bahasa Al Quran diberikan Nur Allah sehingga semakin jelas kemana arah perjalanan diri, arah perjalanan organisasi seharusnya dan arah dari kehidupan manusia ini.
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (2:257)
Seperti halnya sesuatu yang hidup maka akan berinteraksi dengan yang hidup. Kita manusia adalah mahluk hidup, Allah adalah Zat Yang Hidup, maka nalar kita akan mengatakan bahwa sebenarnya membaca ayat-ayat Qauliyah itu tidak lain adalah berinteraksi dengan Yang Hidup, maka akan kita rasakan pula interaksi itu, maka akan dirasakan respons dari Zat Hidup ketika membacakan baris-baris kalimat dalam Al Quran, termasuk didalamnya sejarah, penjelasan tentang hukum-hukum, keterangan tentang akhirat dan tentang Allah sendiri tatkala doa demi doa dalam baris-baris kalimat yang teruntai dalam Al Quran kita bacakan. Seperti dalam Ali Imran 190-194.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
192. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
Maka ketika membacakan ini teringat bagaimana Rasulullah meneteskan air mata karena betapa dahsyatnya dirasakan oleh Kalbu orang beriman untaian ayat-ayat yang sering kita dengar atau kita baca ini. Betapa permohonan kita kepada Zat Yang Hidup ini terasa sekali indahnya, terasa bahwa Allah mendengarkan rangkaian doa-doa yang dipanjatkan dalam bacaaan Al Quran, apalagi jika disampaikan dalam shalat, terasa sekali menggugah, membangkitkan ruh dan seperti didalam kalimat terakhir doa itu “Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.
Yakin bahwa itu MAHA HIDUP maka hati ini menjadi hidup, tidak khawatir akan masa depan karena Allah yang akan memelihara kita, tidak cemas dengan langkah-langkah dakwah, langkah-langkah tugas di pekerjaan karena Allah Maha Hidup, yang akan menjaga kita. Semua dipasrahkan kepada Allah.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64:11)
Allah yang mengatur semua urusan di alam semesta ini sampai detil-detil. Perjalanan hidup kita sampai detik ini ketika membaca tulisan ini merupakan sesuatu yang sudah ditentukan Allah, ketika ketika membaca, ketika mempersepsikan, menilai, menafsirkan apa saja tulisan ini semuanya atas izin Allah. Bahkan menyempatkan membaca juga merupakan sesuatu yang karena izin Allah. Termasuk juga penulis menggerakan tuts keyboard sebagai bagian dari doa-doa dalam perjalanan kepada Allah, Dia
Yang Maha Hidup yang menggerakkan. Sungguh sebuah kondisi yang semuanya memang sangat bergantung kepada Allah.
Kadang kita menggantungkan diri kepada akal, otak, usaha dan kepandaian sendiri. Dengan berbagai planning yang detil, perhitugan yang matang, rasa percaya diri yang kuat namun Allah lah yang semuanya mengatur. Allah yang memberikan putusan akhir.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (3:159)
Jadi kalau ada seorang ilmuwan terkenal dari Inggris, Stephen Hawking yang mengatakan setelah riset bertahun-tahun, tidak ada campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, tetapi konsekuensi hukum fisika, sungguh sebuah temuan yang sangat mundur yang jauh dari pendapat ilmuwan sebelumnya.
Dengan tadarus itu maka semakin terbuka bagaimana sifat-sifat Allah lainnya. Allah Maha Hidup, itulah yang menyebabkan selalu ingin dekat kepada Nya, selalu itu yang dibicarakan dalam setiap pertemuan, dalam perbincangan di pengajian karena kepada Allah kita akan pulang.
Sungguh sebuah jamaah yang indah dimana doa-doa dipanjatkan, doa-doa didengarkan Allah maka terasa sekali sebuah keharmonisan dengan kehendak-Nya dalam peribadahan kita, dalam tadarus kita karena semuanya tidak lain bukan untuk menuliskan berapa poin kita dapat, tetapi mendapatkan anugerah Hudan dari Allah, karena Allah lah yang mengetahui diri-diri ini.
Dalam tulisan selanjutnya, penulis seperti mendapatkan sesuatu tentang proses pembelajaran selama puasa yang menjadikan berbeda dari puasa sebelumnya. Proses shiyam yang sarat dengan bimbingan-Nya, tidak sebatas pada hitungan rasio atau sebatas jasad saja. Wallahu’alam bishawab (bersambung
Menlanjutkan tulisan mengenai hikmah berinteraksi dengan Al Quran selama Ramadhan, terasa mendapatkan pencerahan sangat besar. Saat mengetahui bagaimana perjalanan kepadaNya dan saat mengetahui karena Allah yang mengajarkan kita bahwa Allah itu dekat.Tidak hanya itu ternyata Allah itu Maha Hidup, Allah itu Hidup.
Selama ini dalam kesadaran sepertinya kita merasa Allah itu adalah Rabb, Yang Memelihara tetapi kadang tidak terasakan Allah itu Hidup.
Setiap pagi atau sore kita baca dalam Al Matsuraat – dimulai dengan Al Fatihah dan diakhiri Doa Rabithah – yang kalau direnungkan ternyata sangat luas maknanya, sangat tergetar kedalam kalbu mendapatkan kesadaran dan pengetahuan yang hakiki bahwa Allah itu Hidup. Allah itu berinteraksi dengan mahluknya.
Kalau merenungkan lagi isi Al Matsuraat, menengok kembali arti yang kita baca, maka secara logika adalah mustahil terjadi proses yang terhambat dalam menuju Allah, proses yang seperti “sulit” dalam menyatukan langkah ini, mustahil dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas ini, hati tidak bersatu. Coba kita tengok lagi betapa semuanya merupakan sebuah permohonan agar ketika kembali kepada-Nya kita dijauhkan dari perbuatan yang malah menjauhkan diri dalam mendekati-Nya.
Karena Allah Maha Hidup maka doa demi doa untuk menyatukan kalbu ini bisa kita rasakan responsnya dari Allah, kecuali memang doa itu dibacakan tidak dengan sepenuh jiwa, hanya sampai lidah saja, hanya sampai bacaan saja, tidak menghujam kedalam doa itu sendiri yang disampaikan dengan rasa khusyu, rasa rendah hati, rasa harap, rasa pasrah dan rasa menantikan respons Allah atas doa yang kita panjatkan. Doa Al Matsurat adalah sebuah interaksi dengan Allah.
Bahkan dalam shalat-shalat itu, sebuah ibadah yang sudah ditentukan tata cara dan waktunya, langsung diberikan Allah kepada Rasulullah ketika Mi’raj merupakan sebuah wahana interaksi yang intim dengan Allah, sebuah ibadah yang mengukuhkan dimana doa-doa kita dipanjatkan dan gerakan-gerakan kita dijadikan sebagai bagian dari proses menuju pencapaian kepada Nya.
Dalam satu istilah Shalat itu sebagai sebuah latihan untuk pulang kepada Nya, dimana Ruh ini akan dipanggil pulang. Sedangkan bulan Ramadhan adalah pelatihan besar untuk merasakan bagaimana Ruh ini akan pulang tidak tergantung kepada jasad, bagaimana kesadaran akan pulang kepada Nya itu menjadikan diri ini berada dalam Taqwa, kondisi terbimbing Allah, kondisi tersambung terus kepada Allah, seperti halnya gelombang telepon seluler kita yang ingin selalu tersambung, manakala terputus terasa sekali kekosongan.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (2:255)
Allah mendengarkan semua doa kita. Allah mengetahui semua desiran hati kita, bahkan Allah tahu keluhan kita, kekesalan dan kesedihan kita. Allah Mendengar semua itu karena Allah itu HIDUP !
Bahkan Allah berinteraksi dengan mahluknya, memelihara semua apa yang ada di alam semesta, Allah yang menggerakkan semuanya. Galaksi Bima Sakti dimana ada Sistem Tata Surya, Allah lah yang menggerakkan dan memeliharanya. Milyaran bintang, galaksi yang jutaan tahun cahaya luasnya serta semua alam semesta yang masih belum diketahui manusia ujungnya dan luasnya, semua Allah yang menciptakan dan memeliharanya.
Allah tidak tidur, Allah tidak mengantuk. Allah senantiasa bersama kita dimanapun kita berada, ketika sendiri, ketika bersama, ketika kelelahan dan mengantuk karena tadarus, ketika membaca Al Matsurat, ketika berpuasa, ketika shalat, ketika shalat dhuha, ketika bersilaturahmi dan ketika mengikuti halaqah, mengikuti semua langkah dan desiran hati kita.
Sungguh luar biasa ! Bahwa Allah itu Maha Hidup dan terus menerus memelihara kita. Mungkin kita mengatakan, aneh sekali baru tahu bahwa Allah Hidup itu khan sudah menjadi pengetahuan dan materi dasar tarbiyah. Bukan-bukan itu sebenarnya, namun ketika Allah memberikan pengetahuan langsung kepada Kalbu ini maka seperti dalam beberapa ayat Al Quran, kita ini menjadi hidup, ruh kita seperti dinyalakan yang dalam bahasa Al Quran diberikan Nur Allah sehingga semakin jelas kemana arah perjalanan diri, arah perjalanan organisasi seharusnya dan arah dari kehidupan manusia ini.
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (2:257)
Seperti halnya sesuatu yang hidup maka akan berinteraksi dengan yang hidup. Kita manusia adalah mahluk hidup, Allah adalah Zat Yang Hidup, maka nalar kita akan mengatakan bahwa sebenarnya membaca ayat-ayat Qauliyah itu tidak lain adalah berinteraksi dengan Yang Hidup, maka akan kita rasakan pula interaksi itu, maka akan dirasakan respons dari Zat Hidup ketika membacakan baris-baris kalimat dalam Al Quran, termasuk didalamnya sejarah, penjelasan tentang hukum-hukum, keterangan tentang akhirat dan tentang Allah sendiri tatkala doa demi doa dalam baris-baris kalimat yang teruntai dalam Al Quran kita bacakan. Seperti dalam Ali Imran 190-194.
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
192. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”
Maka ketika membacakan ini teringat bagaimana Rasulullah meneteskan air mata karena betapa dahsyatnya dirasakan oleh Kalbu orang beriman untaian ayat-ayat yang sering kita dengar atau kita baca ini. Betapa permohonan kita kepada Zat Yang Hidup ini terasa sekali indahnya, terasa bahwa Allah mendengarkan rangkaian doa-doa yang dipanjatkan dalam bacaaan Al Quran, apalagi jika disampaikan dalam shalat, terasa sekali menggugah, membangkitkan ruh dan seperti didalam kalimat terakhir doa itu “Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.
Yakin bahwa itu MAHA HIDUP maka hati ini menjadi hidup, tidak khawatir akan masa depan karena Allah yang akan memelihara kita, tidak cemas dengan langkah-langkah dakwah, langkah-langkah tugas di pekerjaan karena Allah Maha Hidup, yang akan menjaga kita. Semua dipasrahkan kepada Allah.
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (64:11)
Allah yang mengatur semua urusan di alam semesta ini sampai detil-detil. Perjalanan hidup kita sampai detik ini ketika membaca tulisan ini merupakan sesuatu yang sudah ditentukan Allah, ketika ketika membaca, ketika mempersepsikan, menilai, menafsirkan apa saja tulisan ini semuanya atas izin Allah. Bahkan menyempatkan membaca juga merupakan sesuatu yang karena izin Allah. Termasuk juga penulis menggerakan tuts keyboard sebagai bagian dari doa-doa dalam perjalanan kepada Allah, Dia
Yang Maha Hidup yang menggerakkan. Sungguh sebuah kondisi yang semuanya memang sangat bergantung kepada Allah.
Kadang kita menggantungkan diri kepada akal, otak, usaha dan kepandaian sendiri. Dengan berbagai planning yang detil, perhitugan yang matang, rasa percaya diri yang kuat namun Allah lah yang semuanya mengatur. Allah yang memberikan putusan akhir.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (3:159)
Jadi kalau ada seorang ilmuwan terkenal dari Inggris, Stephen Hawking yang mengatakan setelah riset bertahun-tahun, tidak ada campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, tetapi konsekuensi hukum fisika, sungguh sebuah temuan yang sangat mundur yang jauh dari pendapat ilmuwan sebelumnya.
Dengan tadarus itu maka semakin terbuka bagaimana sifat-sifat Allah lainnya. Allah Maha Hidup, itulah yang menyebabkan selalu ingin dekat kepada Nya, selalu itu yang dibicarakan dalam setiap pertemuan, dalam perbincangan di pengajian karena kepada Allah kita akan pulang.
Sungguh umat yang indah dimana doa-doa dipanjatkan, doa-doa didengarkan Allah maka terasa sekali sebuah keharmonisan dengan kehendak-Nya dalam peribadahan kita, dalam tadarus kita karena semuanya tidak lain mengharap Ridha Allah.
Dalam tulisan selanjutnya, penulis seperti mendapatkan sesuatu tentang proses pembelajaran selama puasa yang menjadikan berbeda dari puasa sebelumnya. Proses shiyam yang sarat dengan bimbingan-Nya, tidak sebatas pada hitungan rasio atau sebatas jasad saja. Wallahu’alam bishawab (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar