Senin, 07 April 2014

Surat dari Amsterdam untuk Menteri Agama tentang Keturunan Rasulullah





Seorang Warga Negara Indonesia di Amsterdam bernama H. Rifai pada tanggal 30 Desember 1974 mengirim surat kepada Menteri Agama H.A Mukti Ali yang isinya meminta penjelasan mengenai Keturunan Rasulullah. Oleh Menteri Agama pertanyaan itu diteruskan kepada Buya Hamka, dan mengingat jawaban terhadap pertanyaan ini bisa jadi tambahan yang berguna bagi pengetahuan kaum muslimin maka jawaban tersebut dimuat di Majalah Panji Masyarakat. Berikut adalah jawaban Buya Hamka terhadap pertanyaan tersebut :
Yang pertama sekali hendaklah kita ketahui bahwa Nabi SAW tidak meninggalkan anak laki-laki. Anaknya yang laki-laki yaitu Qasim, Thaher, Thayib dan Ibrahim meninggal di waktu kecil belaka. Sebagai seorang manusia yang berperasaan halus, beliau ingin mendapat anak laki-laki yang akan menyambung keturunan (nasab) beliau. Beliau hanya mempunyai anak-anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulsum dan Fathimah. Zainab memberinya seorang cucu perempuan. Itupun meninggal dalam sarat menyusu. Ruqayyah dan Ummu Kulsum mati dalam usia muda. Keduanya adalah isteri Usman bin Affan, meninggal Ruqayyah berganti Ummu Kulsum (ganti tikar). Ketiga anak perempuan inipun meninggal dahulu dari beliau.
Hanya Fathimah yang meninggal kemudian dari beliau dan hanya dia pula yang memberi beliau cucu laki-laki. Suami Fathimah adalah Ali Bin Abi Thalib. Abu Thalib adalah abang dari ayah Nabi dan yang mengasuh Nabi sejak usia 8 tahun. Cucu laki-laki itu ialah Hasan dan Husain. Maka dapatlah kita merasakan, Nabi sebagai seorang manusia mengharap anak-anak Fathimah inilah yang akan menyambung turunannya. Sebab itu sangatlah kasih sayang dan cinta beliau kepada cucu-cucu ini. Pernah beliau sedang ruku’ si cucu masuk ke dalam kedua celah kakinya. Pernah sedang beliau sujud si cucu berkuda ke atas punggungnya. Pernah sedang beliau khutbah, si cucu duduk ke tingkat pertama tangga mimbar.
Al-Tirmidzi merawikan dari Usamah Bin Zaid bahwa dia (Usamah) pernah melihat Hasan dan Husain berpeluk di atas ke dua belah paha beliau. Lalu baginda SAW berkata, “Kedua anak ini adalah anakku, anak dari anak perempuanku. Ya Tuhan aku sayang kepada keduanya”.
Dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Abi Bakrah bahwa Nabi SAW pernah pula berkata tentang Hasan, “Anakku ini adalah Sayyid (tuan), moga-moga Allah akan mendamaikan tersebab dia diantara dua golongan kaum muslimin yang berselisih”.