Minggu, 20 Oktober 2013

Istigfar sebagai penghilang rejeki yang tersumbat



Suatu ketika, Sayyidina Ali Bin Abi Thalib didatangi oleh seorang Aarab Badwi. Ia mengadukan kesulitan  hidupnya kepada Sayyidina Ali. Kemudian, Sayyidina Ali menyuruh agar orang Arab Badwi itu memperbanyak istighfar. Sayyidina Ali membacakan surah Nuh ayat 10-12 tersebut.
“Sungguh, aku telah banyak beristighfar kepada Allah. Namun rezeki aku seakan tetap seret,” protes si Arab badwi.
Saat itu, Sayyidina Ali telah menjabat sebagai khalifah menggantikan Syyidina utsman bin Affan sehingga beliau mendapatkan panggilan Amirul Mukminin.
Kemudian, Sayyidina Ali mengajarkan cara beristighfar yang baik kepada orang Arab Badwi itu. Akhirnya, orang Arab Badwi itu pulang ke kampungnya dengan tekad membara memperbaiki taraf hidupnya.
Setahun kemudian, ia berhasil menemui Sayyidina Ali atas nasihatnya. Kini, Si Arab badwi itu telah hidup berkecukupan, bahkan lebih dari cukup.

kesimpulannya apa?yaitu orang yang telah mendapatkan pengampunan Allah, akan mendapatkan kemudahan dalam segala urusannya. Allah akan membukakan pintu rezeki baginya dari segala penjuru. Jika Allah telah membukakan pintu rezeki dari segala arah, mash mungkinkah rezeki kita terhambat? Tentunya tidak! Tugas kita hanyalah menyempurnakan ikhtiar. Selebihnya, Allah yang akan mengurus. Dengan istighfar jemputlah rezeki tidak disangka-sangka dengan memperbanyak. Selain dapat menghapus dosa, istighfar juga akan melancarkan rezeki. Saluran rezeki yang tersumbat akan lancar kembali dengan istighfar. Sungguh, istighfar mampu membersihkan “kotoran-kotoran” yang menyumbat saluran rezeki.

Melancarkan Rezeki yang Seret dengan Istighfar


Suatu ketika, Imam Hasan Al-Bashari sedang duduk di dalam Masjid bersama para sahabatnya. Kemudian, datang seorang laki-laki menghampiri Hasan Al Bashri.
“Wahai Imam Hasan, hujan belum juga turun sehingga tanaman di ladangku hampir mengering. Apa yang harus aku lakukan?” keluh laki-laki itu.
“Perbanyaklah istighfar kepada Allah”, nasihat Hasan Al-Bashri.
Tidak lama berselang, datang lagi seorang ke mesjid dan menghampiri Hasan Al-Bashri.
“Saya sedang tertimpa kemiskinan yang parah,” keluh orang itu.
“Perbanyaklah istighfar kepada Allah”, nasihat Imam Hasan.
Datang lagi orang yang berbeda dan mengadudkan keluh kesahnya, “Wahai Imam Hasan, Istriku mandul.”
“Perbanyaklah istighfar kepada Allah,” nasihat Hasan Al-Bashri dengan jawaban yang sama.
Kemudian, datang lagi seorang menghampiri Hasan AL-Bashri dan mengadukan masalah, “Bumi tidak lagi menghasilkan hasil panen yang bagus.”
Sekali lagi Hasan Al-Bashri menasihatkan, “Perbanyaklah istighfar kepada Allah.”
Para sahabat Hasan Al-Bashri bingung dengan sikap rekanya itu, lalu mereka bertanya kepada sang Imam. “Mengapa setiap kali ada orang yang datang kepadamu mengadukan masalahnya, engkau selalu menasihatkan agar memperbanyak istighfar kepada Allah?”
Hasan Al-Bashri menjawab, “Tidakkah kalian membaca firman Allah dalam Surah Nuh ayat 10-12.”
“Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu.” (QS Nuh [71]:10-12).